DAFTAR ISI
Daftar isi...................................................................................................... 71
BAB 1
: Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................. 72
B. Tujuan.............................................................................................. 73
BAB 2
: Tinjauan Pustaka
A. Definisi............................................................................................. 74
B.
Pewarnaan BTA............................................................................... 74
C.
Bakteri Tahan Asam........................................................................ 75
D. Macam-Macam Pewarnaan Bakteri
Tahan Asam......................... 77
BAB 3
: Metode Kerja
A. Waktu &
Tempat.............................................................................. 81
B. Alat &
Bahan.................................................................................... 81
C. Prinsip Kerja..................................................................................... 81
D. Cara Kerja........................................................................................ 82
E. Interpretasi
Hasil.............................................................................. 82
BAB 4
: Hasil & Pembahasan
A. Hasil................................................................................................. 83
B. Pembahasan.................................................................................... 84
BAB 5
: Penutup
A.
Kesimpulan...................................................................................... 86
B.
Saran................................................................................................ 86
Daftar
Pustaka............................................................................................. 87
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari tanpa disadari manusia selalu berhubungan dengan jasad
renik dari alam dunia yang tidak tampak dengan mata biasa. Itu disebabkan
karena bekteri merupakan organism yang sangat kecil (berukuran mikroskopis).
Selainitu, bakteri tidak berwarna, juga transparan dan sangat kecil. Akibatnya
pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat bagian-bagiannya. Sehingga
untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel
bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Teknik pewarnaan
sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah
adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif
dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan
listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Pengecatan
bakteri sudah dilakukan sejak awal berkembangnya mikrobiologi dipertengahan
abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Cara-cara pengecatannya yaitu
pewarnaan sederhana, pewarnaan gram, pewarnaan negatif, pewarnaan BTA,
pewarnaan negatif, pewarnaan neisser (granula), dan pewarnaan spora.Beberapa
mikroba tertentu tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana ataupun Gram,
misalnya golongan Mycobacterium, Retinomycites, dll. Hal ini disebabkan sel-sel
mikroba diliputi oleh semacam lilin (lipid) dan asam mycolat, sehingga tubuhnya
sukar ditembus oleh zat-zat warna. Tetapi dia dapat diwarnai dengan
karbolfuchsin panas (sambil dipanasi), ternyata zat warna ini dapat meresap dan
diikat oleh tubuh bakteri tersebut. Keistimewaan dari kuman tahan asam ini, zat
warna yang telah diikat itu sukar dilepaskan walaupun dilakukan dengan
pencucian dengan alkohol-asam, misalnya asam sulfat dan asam chlorida. Oleh
karena kuman-kuman seperti itu tahan terhadap pencucian asam-asam mineral, maka
disebut kuman tahan asam. Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang
mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna,
namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui
proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa
mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol.
Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA).
Bakteri
tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri – ciri berantai karbon (
C ) yang panjangnya 8 – 95 dan memiliki
dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat,
lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk
BTA antara lain Mycobacterium Tuberculosis, Mycobacterium Bovis, Mycobacterium
Leprae, Nocandia Menigitis, dan Nocandia Gonoerrhoae. Mycobacteruim
Tuberculosis adalah bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit
Tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai Bakteri Tahan
Asam (BTA). Penularan Mycobacterium Tuberculose terjadi melalui jalan
pernapasan. (Syahrurachman,1994)
Pewarnaan
Zeihl Neelsen atau pewarnaan tahan asam memilah kelompok Mycobacterium dan
Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan
asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama ( Carbol Fuchin ) sewaktu
dicuci dengan larutan pemucat (alcohol asam) akan melakukan reaksi dengan
Carbol Fuchin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna. (Lay,1994)
Dinding
sel bakteri yang tahan asam memiliki lapisan lilin dan lemak yang sukar
ditembus oleh cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin
dan lemak itu dapat di tembus cat basic fuchin. Pada waktu pencucian dengan
asam alcohol warna fuchin tidak lepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam
akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue. Sebagai tenaga analis
kesehatan dibutuhkan keterampilan dalam membuat specimen yang berguna dalam
pemeriksaan specimen laboratorium.
B.
Tujuan
Untuk melihat sifat tahan asam dari bakteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
bakteri
Bakteri
merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo,
2004). Sel bakteri memiliki panjang yang beragam, sel beberapa spesies dapat
berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri
merupakan makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai 0,3 µm. Bentuk bakteri
bermacam – macam yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih sering
diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah
diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan
struktur internal dan butiran.Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti
bola/elips, batang (silindris), atau spiral (heliks) (Pelczar & Chan,
2007).
Pewarnaan
bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop memoerjelas
ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam
bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan
kimia yang khas dearipada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras
mikroorganisme dengan sekitarnya. Tekhnik pewarnaan pada bakteri dapat di
bedakan menjadi 3 macam yaitu : pengecatan sederhana, pengecatan differensial,
dan pengecatan struktural. (Pelczar, 1989)
B. Pewarnaan
BTA
Pewarnaan
tahan asam adalah tipe pewarnaan differensial lebih dari satu pewarnaan untuk
membedakan suatu mikroorganisme dengan kandungan dinding sel peptidoglikan
serta disusun lebih dari 60% lipid kompleks yang tahan terhadap dekolorisasi
dengan alkohol asam. Bakteri tahan asam memiliki kandungan senyawa dari
peptidoglikan dan lipid kompleks (wax-d) yang disebut asam mikolat yang
membangun struktur dinding selnya, sehingga menjadi impermeabel terhadap
macam-macam prosedur pewarnaan gram. Bakteri ini dikenal tahan asam sebab
bakteri terbentuk resisten terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam. Bakteri
yang tergolong tahan asam yaitu , dari genus microbacterium dan beberapa
spesies tertentu dari genus nocardia.(Dewi Ayu,2013)
Pada
dasarnya prinsip pewarnaan mycobacterium yang dinding selnya tahan asam karena mempunyai lapisan lemah atau lilin
sehingga sukar ditembus cat. Oleh pengaruh phenol dan pemanasan maka lapisan
lemak dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada pengecatan Ziehl Neelsen setelah BTA mengambil warna dari basic
fuchshin kemudian dicuci dengan air mengalir, lapisan lilin yang terbuka pada
waktu dipanasi akan merapat kembali karena
terjadi pendinginan pada waktu dicuci. Sewaktu dituangi dengan asam
sulfat dan alkohol 70% atau HCI alkohol,
warna merah dari basic fuchsin pada BTA tidak akan dilepas/luntur.Bakteri yang
tidak tahan asam akan melepaskan warna merah, sehingga menjadi pucat atau tidak
bewarna. Akhirnya pada waktu dicat dengan Methylien Blue BTA tidak mengambil
warna biru dan tetap merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan
mengambil warna biru dari Methylien Blue.
C. Bakteri
Tahan Asam
Bakteri
tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal sehingga
tidak bisa diwarnai dengan pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan
asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat
mempertahankan zat pewarna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat.
Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah
Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri Mycobacterium Tuberculosis dapat
diisolasikan dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif
terdapat bakteri TBC berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang
hewan seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk
saluran pernapasan (Pelezar dan Chan, 1988)
Penemuan dan penilaian bakteri tahan asam (BTA) secara
mikroskopis, dilakukan menurut standar International Union Association Lung
Tuberculosis Disease (IUALTD) sesuai dengan kesepakatan WHO (K.Toman 1971),
sebelumnya belum ada standar sebagai acuan untuk mengetahui ketepatan hasil
pemeriksaan BTA di laboratorium.Salah satu bahan yang digunakan untuk
mendiagnosa adalah dahak atau sputum. Dahakyang diperiksa paling sedikit
3-5 cc. Jika jumlah kuman kurang dari 5000 dalam 1 cc dahak, maka itu tidak
akan kelihatan di bawah mikroskop. Dahak yang diambil ialah dahak yang kental
kuning kehijauan sebanyak 3-5 cc, dengan waktu pengambilan sebagai berikut :
(Brook, Geo, dkk. 2010 )
1. Dahak sewaktu,
penderita datang berobat dengan keluhan apa saja ke poliklinik
2. Dahak pagi,
yang diambil besok paginya begitu bangun tidur.
3. Dahak sewaktu,
yang diambil sewaktu penderita mengantar dahak pagi tersebut
Ludah tidak
dapat diperiksa karena ludah berasal dari kelenjar dalam rongga mulut.
Biasanya dalam ludah tidak terdapat kuman TB. Bakteri tahan asam (BTA) disebut
asidofil (inggris: acidophile),
adalah bakteri yang memiliki ciri-ciri berantai karbon (C) yang panjangnya 8 -
95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam
lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri
ini ada 41 spesies yang telah diakui oleh ICSB (International Committee on Systematic Bacteriology) yang sebagaian
besar sudah saprofit dan sebagaian kecil lainnya patogen untuk manusia
diantaranya Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leparae,
Acidobacterium, Acidithiobacillales ferrooxidans, Acidithiobacillales
thiooxidans, Thiobacillus prosperus, T. acidophilus, T. organovorus, T.
cuprinus, Acetobacter aceti, bakteri yang digunakan dalam produksi
asam cuka dari oksidasi etanol dan lain-lainnya yang dapat menyebabkan infeksi
kronik. Golongan saprofit dikenal juga dengan nama atipik. (Brook, Geo,dkk.
2010)
Bakteri ini
membutuhkan bahan tambahan makanan seperti darah egg yolk, serum dan sel yang
tebal yang terdiri dari asam lemak mikolat untuk pertumbuhannya.Mycobacterium
tuberculose merupakan bakteri berbentuk batang sedikit bengkok,
panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat
2 - 8 minggu, suhu optimal 37 - 38oC. Mycobacterium tahan terhadap asam dan alkali dibanding dengan kuman
lain sehingga apabila bahan spesimen mengandung kuman lain dapat dibunuh dengan
mudah sehingga spesimen menjadi lebih murni. (Dewi Ayu,2013)
Mycobacterium
tuberculose terdapat
pada manusia yang mengidap penyakit TBC dan penularannya terjadi melalui jalan
pernafasan, tetapi spesies Mycobacterium bovis biasanya terdapat pada lembu dan
dapat ditemukan pula pada manusia di usus. (Brook, Geo, dkk. 2010)
Bakteri tahan
asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri – ciri berantai karbon ( C
) yang panjangnya 8 – 95 dan memiliki
dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat,
lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk
BTA antara lain Mycobacterium Tuberculosis, Mycobacterium Bovis, Mycobacterium
Leprae, Nocandia Menigitis, dan Nocandia Gonoerrhoae. Mycobacteruim
Tuberculosis adalah bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit
Tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai Bakteri Tahan
Asam (BTA). Penularan Mycobacterium Tuberculose terjadi melalui jalan
pernapasan. (Syahrurachman,1994)
D. Macam-Macam
Pewarnaan Bakteri Tahan Asam
Pewarnaan
BTA dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu bakteri tahan asam yang akan tetap mengikat zat pewarnaan primer
(karbol fuksin) dan tidak akan dilepas pada pencucian alkoholm asam, serta
tidak akan mengikat zat warna sekunder (methylen blue), sedangkan bakteri
tidak tahan asam akan melepaskan zat
warna primer pada pencucian alcohol
asam dan akan mengikat zat warna sekunder.Ada beberapa cara
mewarnai bakteri tahan asam yaitu, Ziehl Neelsen, Fluorokrom, Kinyoun Gabbet,
berikut adalah cara melakukan 3 pewarnaan. (Koes Irianto, 2006)
1.
Pewarnaan
Ziehl-Neelsen
Cara menurut Ziehl-Neelsen.(anonymous,2009).
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat warna Carbol
Fuchsin 0,3 %,asam alcohol 3 %, dan methylen blue 0.3 %. Pada pemberian warna
pertama, yaitu carbol fuchsin, BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin
merupakan fuchsin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 % yang larut dalam
bahan lipod yang menyusun bagian utama dinding sel Mycrobacterium, dapat
berpenetrasi ke dalam sel – sel bakteri tersebut dan tertahan di dalamnya.
Penetrasi kemudian ditingkatkan dengan penggunaan panas hingga menggerakkan
carbol fuchsin melewati didnding lipoid dan masuk ke dalam sitoplasma. Larutan ini (Carbol fuchsin) memberikan warna
merah pada sediaan dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu
pemasukan zat warna kedalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi
pemanasan untuk melebarkan pori – pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat
masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat (Alkohol Asam)
Sebelum pemucatan dengan asam
alcohol, apusan didinginkan terlebih dahulu sehingga zat lilin sel mengeras.
Pada pemberian asam alcohol, sel –sel tahan asam akan resisten terhadap
pemucatan karena pewarna primer lebih larut didalam lilin seluler dibandingkan
dalam senyawa pemucat. Pada tahap ini, pewarna primer ditahan dan mycobacterium
akan tetap berwarna merah. Hal ini tdak berlaku pada organisme – organisme
tidak tahan asam yang tidak memiliki lapisan lilin selule. Pewarna primer lebih
mudah dihilangkan pada proses pemucatan sehingga sel – sel tersebut menjadi
kehilangan warna atau tidak berwarna. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian
pewarna tandingan yaitu Methylen blue. Pewarna ini digunakan sebagai pereaksi
akhir untuk mewarnai sel – sel yang sebelumnya dihilangkan warnada dengan
alcohol asam. Karena hanya sel – sel tidak tahan asam yang mengalami pemucatan,
sel – sel itu dapat menyerap pearna tandingan atau pewarna kontras dan maka
degan itu dapat menyerap atau mengambil warna bitu dari methylene blue
sedangkan sel – sel tahan asam memertahankan warna merah dari pewarna primer.
2. Pewarnaan
Fluorokrom
Pewarnaan Fluorokrom (Auramine O). Sediaan direndam
didalam larutan Auramine (Merck), dibiarkan selama 15 menit kemudian dicuci
dengan air bebas klorin atau H2O destilata dan dikeringkan. Sediaan lalu direndam
didalam asam alkohol, dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H2O destilata dan
dikeringkan. Setelah itu sediaan direndam didalam potasium permanganat 0,5%,
dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H2O destilata dan dikeringkan di udara.
(Karuniawati, 2005)
3. Pewarnaan
Kinyoun Gabbet
Pewarnaan
Kinyoun Gabbet. Larutan Kinyoun (fuchsin basis 4g, fenol 8ml, alkohol 95% 20ml,
H2O destilata (100ml) dituang pada permukaan sediaan, dibiarkan selama 3 menit,
kemudian kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir
perlahan. Selanjutnya larutan Gabbet (metilen biru 1g, H2O4
96% 20ml, alkohol absolut 30ml, H2O destilata 50ml) dituang pada
permukaan sediaan, dibiarkan 1 menit kemudian kelebihan zat warna dibuang dan
dicuci dengan air yang mengalir perlahan, kemudian sediaan dikeringkan di udara
(Karuniawati, 2005).
Uji
bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum ini menggunakan prosedur pewarnaan
dengan menggunakan metode pewarnaan diferensial, prosedur pewarnaan ini yang
menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba.
Dengan teknik ini biasanya digunakan lebih dari satu larutan zat pewarna atau
reagen pewarna. Salah satunya dengan
menggunakan cara teknik pewarnaan BTA dengan persiapan meliputi ulasan warna
dengan karbol fuchsin, dipusatkan dan diberi warna tandingan metilen blue. (Pelczar, 1986)
Hal
tersebut dilakukan guna memisahkan bakteri tahan asam yang tetap mempertahankan
warna aslinya apabila dikenai larutan asam (Mycobacterium)
dari bakteri tak tahan asam yang pudar warnanya dikarenakan oleh larutan asam
(Pelczar, 1986).
Dalam pewarnaan Ziehl Nelson digunakan beberapa jenis
reagen diantaranya ialah:
a.
Karbol
Fuchsin berfungsi untuk mewarnai dinding selnya.
b.
Alkohol
asam 3% berfungsi untuk melunturkan dinding sel yang tebal.
c.
Metilen
Bliru berfungsi untuk mewarnai bagian background
d.
Sedangkan
fiksasi dalam percobaan ini dilakukan untuk membuka pori-pori sel.
Metode
Ziehl-Neelsen digunakan karena cukup sederhana dan mempunyai sensitivitas serta
spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan sensitivitas yang tinggi
sebenarnya dimiliki oleh metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai menunjukkan
warna yang kontras dengan lingkungannya yang tidak membutuhkan perbesaran
sampai 1000x sehingga bisa mempercepat waktu. Akan tetapi alat yang digunakan
tidak ada yaitu mikriskop flourescens ( Martin,2013).
Pengecatan
bakteri sudah dilakukan sejak awal berkembangnya mikrobiologi dipertengahan
abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Cara-cara pengecatannya yaitu
pewarnaan sederhana, pewarnaan gram, pewarnaan negatif, pewarnaan BTA,
pewarnaan negatif, pewarnaan neisser (granula), dan pewarnaan spora.Beberapa
mikroba tertentu tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana ataupun Gram,
misalnya golongan Mycobacterium, Retinomycites, dll. Hal ini disebabkan sel-sel
mikroba diliputi oleh semacam lilin (lipid) dan asam mycolat, sehingga tubuhnya
sukar ditembus oleh zat-zat warna. Tetapi dia dapat diwarnai dengan
karbolfuchsin panas (sambil dipanasi), ternyata zat warna ini dapat meresap dan
diikat oleh tubuh bakteri tersebut. Keistimewaan dari kuman tahan asam ini, zat
warna yang telah diikat itu sukar dilepaskan walaupun dilakukan dengan
pencucian dengan alkohol-asam, misalnya asam sulfat dan asam chlorida. Oleh
karena kuman-kuman seperti itu tahan terhadap pencucian asam-asam mineral, maka
disebut kuman tahan asam ( Martin,2013).
Hal
yang perlu diperhatkan pada peggecatan bakteri tahan asam adalah alat penates
minyak imersi jangan sampai menyentuh film preparat untuk menghindarkan
terbawanya bakteri kedalam botol minyak imersi terutama pada pengecatan bakteri
yang bersifat pathogen seperti Mycobacterium Tuberculosis. Pengmata harus
dilakukan secara teliti dan menggunakan waktu yang cukup lama mengingat hal
jumlah bakteri tahan asam sedikit. Hasil
negative bukan berarti bahwa bakteri tersebut tidak ada (hal ini penting dalam
pemeriksaan bakteri penyebab penyakit TBC), karna untuk mendapatkan hasil
mikriskopis positif diperlukan paling sedikit 5000 bakteri TBC dalam 0.1 ml
sputum. Sputum adalah bahan lender yang dikeluarkan dari saluran nafas bawah
dengan kekuatan atau batuk ( Martin,2013).
BAB III
METODE KERJA
A. Waktu
dan Tempat
1.
Waktu
Praktikum
bakteriologi “Pewarnaan Bakteri Tahan Asam” dilaksanakankan pada Hari Rabu, 08
Februari 2018
2.
Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Analis Kesehatan
Gedung A STIKES Wiyata Husada Samarinda.
B. Alat
dan Bahan
1.
Alat
a.
Obyek gelas
b.
Lidi
c.
Rak
pengecatan
d.
Api
Bunsen
e.
Jarum
ose
f.
Mikroskop
2.
Bahan
a.
Sputum (+)
b.
Sputum
(-)
c.
ZN
A : carbol fuchsin 0,3%
d.
ZN
B : alcohol asam
3%
e.
ZN
C : methylene blue 0,3%
C. Prinsip Kerja
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan ilin
dan lemak yang sukar ditembus oleh cat pewarna. Oleh karena itu pengaruh fenol
dan pemanasan makan lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus oleh cat basic
fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat
kembali. Pada pencucian dengan aslam alcohol warna fucsin tidak lepas. Sedangkan
pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari
methylen blue.
D. Cara
Kerja
1.
Disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2.
Pakailah
masker
3.
Diambil
satu ose sputum pada bagian yang kasar dan sapukan secara merata (lingkaran-lingkaran
kecil) dan tebal pada obyek
gelas yang bersih,sesuai dengan
pola oval.
4.
Keringkan
pada udara terbuka dan fiksasi.
5.
Diletakkan
obyek gelas mendatar pada rak tabung
pewarnaan dan tetesi
larutan carbol fuchsin 0,3%, panaskan
bian bawah kaca dengan cara melakukan sebentar 3 kali hingga cairan pewarnan
mengeluarkan uap lalu biarkan 5 menit.
6.
Dibuang
zat warna dan cuci dengan air mengalir.
7.
Dilunturkan
zat warna dengan alkohol asam sampai zat warna semua larut. Kemudian dicuci
dengan air mengalir.
8.
Dituangi
dengan larutan metilen
biru 0,3%, biarkan selama 3 menit.
Cuci dengan air mengalir dan keringkan dengan kertas saring.
9.
Dilihat
dengan mikroskop dengan perbesaran 100 kali serta tambahan oil imersi dan gambarkan morfologi serta tuliskan
bentuk dan sifat pewarnaan dari sel bakterii serta latar belakang sel bakteri.
E. Interprestasi
Hasil
1. Bakteri tahan asam : Merah
2.
Bakteri tidak tahan asam : Biru
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari
pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.
Gambar
|
Bentuk Bakteri
|
Warna BTA
|
Hasil
|
![]() ![]() |
Basil
|
Merah
|
Positif (+)
|
Gambar
|
Bentuk Bakteri
|
Warna BTTA
|
Hasil
|
![]() ![]() |
Basil
|
Biru
|
Negatif (-)
|
B. Pembahasan
Bakteri
tahan asam memiliki kandungan senyawa dari peptidoglikan dan lipid kompleks
(wax-d) yang disebut asam mikolat
yang membangun struktur dinding selnya, sehingga menjadi impermeabel terhadap
macam-macam prosedur pewarnaan termasuk pewarnaan Gram. Bakteri ini dikenal tahan
asam sebab bakteri tersebut resisten terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam. (Lita Sadega,
2013)
Fungsi
pewarnaan tahan asam selain untuk mengetahui bentuk dan susunan bentuk sel
bakteri juga untuk mengetahui sifat-sifat dari bakteri atau fisiologis dari bakteri
(reaksi dinding sel bakteri).dari hasil pewarnaan bakteri tahan asam (BTA),
bakteri tahan asam berwarna merah dan bakteri tak tahan asam (BTTA) berwarna
biru karena pada bakteri tahan asam bersifat resisten terhadap dekolorisasi
dengan alkohol asam, sehingga warna dasarnya (carbol fuchsin) tetap berwarna merah. Sedangkan bakteri tak tahan
warna dasarnya terdekolorisasi oleh alkohol asam, sehingga warna dasarnya
menjadi hilang dan ketika ditambahkan metilen
biru akan berwarna biru. Pemberian
zat warna dasar pada pewarnaan bakteri tahan asam harus melalui proses
pemanasan. (Dewi Ayu, 2013)
Pewarnaan
BTA merupakan pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak
dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna,namun jika bakteri
diberi zat warna dan akan tahan diikat tampa mampu dilunturkan oleh peluntur
yang kuat sekalipun dengan asam alkohol. Karena itu bakteri itu di sebut
bakteri tahan asam (BTA). Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk
mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab tuberculosys yaitu mycobacterium
tuberculosis. (Dewi Ayu,2013)
Dari
pewarnaan BTA dapat di bedakan menjadi 2 yaitu golongan bakteri tahan asam yang
akan mengikat zat warna primer (carbol
fuchsin) dan tidak akan dilepas pada pencucian alkohol asam, serta tidak
akan mengikat zat warna sekunder (metilen
biru), sedangkan bakteri tidak
tahan asam akan melepaskan zat warna primer pada pencucian lakohol asam dan
akan mengikat zat warna sekunder. Ada beberapa cara mewarnai bakteri tahan asam
yaitu, menurut Ziehl Neelseen, menurut Tan Thiam Hok (1957) yang disebut juga
pewarnaan kinyoun gabbelt, serta pewarnaan dengan Auramen-Phenol Flourcrhome. (Karuniawati, 2005)
Pewarnaan
ini adalah golongan bakteri yang sulit diwarnai, tetapi sekali di warnai sulit
dilepas. Dinding sel bakteri tahan asm terdiri dari peptidoglikan, arabinogalaktan dan lipid
dimana 50% dari lipid ini terdiri dari asam mikolat. Bakteri ini dimasukkan ke
dalam mycobacterium yang sebagian
besar bersifat satprofit, dikenal
juga golongan atipik, sebagian kecil pathogen bagi manusia yaitu mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium leprae. (Karuniawati, 2005)
Mycrobakteria
adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun
tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan warna
(deklorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam.
Ciri-ciri khas Mycobakterium tuberculosis dalam jaringan adalah basil tuberkel
merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada perbenihan
buatan terlihat bentuk coccus dan filamen. Mycobakteria tidak dapat
diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram negatif. Sekali diwarnai dengan
zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meski
dibubuhi dengan iodium. Basil tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat
tahan asam misalnya 95 % etil alkohol yang mengandung 3 % asam hidroklorida
(asam alkohol) dengan cepat akan menghilangkan warna semua bakteri kecuali
Mycobakteria.
Sifat
tahan asam ini bergantung pada integritas struktur selubung berlilin. Pada
dahak atau irisan jaringan, Mycobakteria dapat diperlihatkan karena memberi
fluoresensi kuning jingga setelah diwarnai dengan zat warna fluorokrom
(misalnya auramin, rodamin).
Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam,
yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus
Nocardia. Bakteri-bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah
besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan
dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum
sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa,
seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum pewarnaan bakteri tahan asam yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Metode yang
digunakan dalam praktikum BTA ini menggunakan metode Zeihl Neelsen, selain
metode ini ada motode lain yang bisa digunakan seperti metode Fluorokrom dan
Kinyoun Gabbet, dalam praktikum kali ini kami menggunakan metode Zeihl Neelsen.
2. Bentuk bakteri
tahan asam ini berbentuk basil, BTA jika berwarna merah dan BTTA jika berwarna
biru.
B. Saran
1.
Menggunakan
APD pada saat praktikum agar tidak terjadi kontaminasi serta kecelakaan kerja
2.
Tidak
menukar-nukar pipet untuk menghindari kontaminasi antar larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Adelberg, Melnick, & Jawetz. 2002.
Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Irianto, Koes. 2014. Bakteriologi Medis, Mikologi Medis, dan
Virologi Medis (Medical Bacteriology, Medical Micology, and Medical Virologi).
Bandung. Alfabeta, cv. IKAPI.
Arrachman, Khairunnisa. 2016. Jurnal Mikrobiologi Pewarnaan. Semarang.
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Ramdan, Imam. 2011. Jurnal Pewarnaan Bakteri. Bandung.
Politeknik Tedc Bandung. Teknik Kimia.
No comments:
Post a Comment