Kata Pengantar
Puji
syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya berupa nikmat dan kesehatan, iman dan ilmu pengetahuan. Ringkasan
makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas mahasiswa dalam pemahaman tentang
proses dari “Pewarnaan Sederhana Bakteriologi”. Kami sepenuhnyamenyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam menyusun makalah ini, maka dari itu kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu atas ide dan sarannya, serta
menilai dan memeriksa makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini mendapatkan
keridhaan dari Allah SWT dan dapat memberikan manfaat bagi kami dan kepada
semua pembaca.
Samarinda,
22 Februari 2018
Penulis
Daftar
Isi
Kata pengantar............................................................................................... 1
Daftar Isi........................................................................................................ 2
BAB 1:
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang......................................................................................... 3
B.
Tujuan...................................................................................................... 4
BAB 2:
Pembahasan
A.
Pengertian................................................................................................ 5
B.
Bentuk
Bakteri......................................................................................... 5
C.
Pengecatan
Bakteri.................................................................................. 6
D.
Pewarnaan
Sederhana.............................................................................. 7
E.
Prinsip
Pewarnaan.................................................................................... 9
F.
Pembuatan
Slide...................................................................................... 9
G.
Proses
Pewarnaan.................................................................................... 10
BAB 3: Metode
Kerja
A.
Waktu
dan Tempat.................................................................................. 13
B.
Alat
dan Bahan........................................................................................ 13
C.
Reagen..................................................................................................... 13
D.
Cara
Kerja................................................................................................ 13
E.
Interpretasi
Hasil...................................................................................... 14
BAB 4: Hasil dan
Pembahasan
A.
Hasil
Pemeriksaan.................................................................................... 15
B.
Pembahasan............................................................................................. 15
BAB 5: Penutup
A.
Kesimpulan.............................................................................................. 18
B.
Saran........................................................................................................ 18
Daftar Pustaka............................................................................................... 19
BAB
1
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Mikroorganisme
yang ada di alam ini mempunyai
morfologi, struktur dan sifat – sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri.
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel –
sel bkteri tersebut di suspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel
bakteri sehingga mudah untuk di identifikasi ialah dengan metode pengecatan
atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan.
Mikroorganisme
sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorbsi ataupun
membiaskan cahaya. Alasan inilah yang
menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar
belakangnya. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras
mikroorganisme disekelilingnya di tingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan
pengamatan struktur sel seperti spora dan bahan infeksi yang mengandung zat
pati dan granula fosfat. Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu
struktur sel disebut pewarnan khusus. Sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk
memillahkan bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negative. Pewarnaan
diferensial lainnya ialah pewarnaan Ziehl Neelsen yang memilihkan bakterinya
menjadi kelompok -kelompok tahan asam dan tidak tahan asam (Dwidjoseputro.
1998).
Pengenalan
bentuk mikroba (morfologi), kecuali microalgae harus dilakukan pewarnaan terlebih
dahulu agar dapat diamati dengan jelas (Hadiutomo. 1990). Pada umumnya bakteri
bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak
mempunyai zat warna (Waluyo, 2004). Tujuan dari pewarnaan adalah untuk
mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati
struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna
yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat di ketahui
(Hadiutomo, 1990).
Metode
pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini, bakteri dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative.
Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi
atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga
pengecatan gram tidak bisa di lakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai
dinding sel seperti Mycoplasma sp. (Waluyo,
2004).
Berhasil
tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur
biakan yang diwarnai ( umur biakan yang baik adalah 24 jam ). Umumnya zat warna
yang digunakan adalah garam garam yang dibangun oleh ion ion yang bermuatan
positif atau negative dimana salah satu tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan
menjadi 2, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang
mengandung wrna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna
basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negative maka zat warna
tersebut disebut pewarna negatf (Hadiutomo. 1990).
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan pewarnaan sederhana
2. Untuk
mengetahui prinsip pewarnaan sederhana
3. Untuk
mengetahui bagaimana cara pembuatan sediaan
4. Untuk
mengetahui teknik pewarnaan sederhana
5. Untuk
mengetahui bagaimana cara pembacaan hasil pewarnaan sederhana
BAB
2
Pembahasan
A. Pengertian
Bakteri
adalah makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Untuk menyelidiki ukuran dalam pemeriksaan mirobiologis biasanya
digunakan satuan micron seperti misalnya pada pengukuran virus. Bakteri yang
biasa diteliti di laboratorium kebanyakan berukuran antara 0,5 – 2 um lebarnya
dan 1-5 um panjangnya. Dahulu pengukuran ini dilakukan dengan jalan
membandingkan ukuran butir darah merah, yang pada waktu itu sudah diketahui
besarnya. Sedangkan pengukuran yang lebih tepat dilakukan dengan alat
micrometer ini dibandingkan dengan micrometer yang diletakkan pada kaca objek
(stage micrometer). Disamping itu bidang penglihatannya dapat di taksir dari
pembesaran yang dipero;leh dari mikroskop yang digunakan.
Lensa objektif
|
Pembesaran
|
Diameter
bidang penglihatan
|
Objektf
16 mm (2/3 in)
|
100
|
2,10
mm
|
Objektif
4 mm (1/6 in)
|
440
|
0,40
mm
|
Objektif
rendam minyak 1,8 mm (1/12 in)
|
950
|
0,20
mm
|
B.
Bentuk bakteri
Bentuk
bakteri bermacam-macam yaitu sebagai berikut:
1. Bakteri
bentuk bulat (bola)
Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan kokus
(coc-cus); dapat dibedakan atas:
a.
Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bola
tunggal misalnya Neisseria gonorrheae, penyabab penyakit kencing nanah.
b.
Diplokokus, yaitu bakteri berbentuk bola
yang bergandengan dua dua, misalnya Diplococcus pneumonia, penyebab penyakit
pneumonia atau radang paru-paru
c.
Sarkina, yaitu bakteri berbentuk bola
yang berkoelompok empat empat sehingga berbentuk seperti kubus.
d.
Streptokokus, yaitu bakteri bentuk bola
yang berkelompok memanjang membentuk rantai.
e.
Stafilokokus, yaitu bakteri berbentuk
bola yang berkoloni membentuk sekelompok sel yang tidak teratur, sehingga
bentuknya mirip buah anggur.
2. Bakteri
bentuk batang
Bakteri berbentuk bantang diamakan basillus
(“basillus” yang berarti batang), bentuk basillus dapat pula dibedakan atas:
a.
Basil tunggal, yaitu bakteri yang hanya
berbentuk satu sel batang tunggal misalnya Salmonella typhi. Penyebab penyakit
tifus.
b.
Diplobasil, yaitu bakteri yang berbentuk
batang bergandengan dua dua.
c.
Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk
batang yang bergandengan memanjang membentuk rantai, misalnya bacillus
anthracis penyebab penyakit antraks.
3. Bakteri
berbentuk melililit
Bakteri berbentuk melilit yang biasa dinamakan
spirillum atau spiral. Ada tiga macam bentuk spiral, yaitu:
a.
Spiral, yaitu golongan bakteri yang
bentuknya seperti spiral, misalnya spirillum. Sel tubuhnya umumnya kaku.
b.
Vibrio atau bentuk koma yang dianggap
sebagai bentik spiral tak sempurna, misalnya vibrio cholera penyebab penyakit
kolera.
c.
Spirochaeta (baca: spiroseta), yaitu
golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur. Pada saat bergerak,
tubuhnya dapat memanjang dan mengkerut.
C.
Pengecatan bakteri
Bakteri
merupakan organisme yang sangat kecil berukuran micron. Itu berarti pula pada
jasad renik ini tipis sekali sehingga tembus cahaya. Akibatnya pada mikroskop
tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat bagian bagianya. Utnuk melihat
bakteri dengan jelas tubuhnya perlu diisi dengan zat warna, pewarnaan ini
dsebut pengecatan tubuh bakteri. Pengecatan bakteri sudah dilakukan sejak
permulaan berkembangnya mikrobiologi di pertengahan abad ke 19 oleh Louis
pasteus dan Robert Kock. Pada umumnya, ada 2 macam zat warna (bahan cat) yang
sering digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Zat
warna yang bersifat asam; komponen warnanya adalah anion biasanya dalam bentuk
garam natrium.
2. Zat
warna yang bersifat alkalis; dengan komponen warna kation, biasanya dalam
bentuk klorida.
Setelah dilakukan
pengecatan, dalam tubuh bakteri akan terjadi proses pertukaran ion ion zat
warna dengan ion ion protoplasma (misalnya asam nukleat) bakteri. Pada umumnya
larutan larutan zat warna yang digunakan adalah larutan encer, jarang lebih
dari 1%. Larutan encer yang dibiarkan dengan waktu yang singkat. Untuk mendapatkan
hasil pengecatan yang lebih baik, tidak jarang diperlukan bahan penolong, yang
biasanya disebut pemantek (montant). Pemantek ini dapat diartikan sebagai suatu
zat yang sanggup bergabung dengan komponen zat warna tertentu, sehingga
terbentuk senyawa yang tidak dapat larut dan melekat pada tubuh bkteri.
Pemantek dapat diberikan dalam berbagai keadaan yaitu sebagai berikut:
1. Sebelum
penambahan bahan cat
2. Dimasukkan
ke dalam larutan bahan cat, dan
3. Diberikan
antara pemakaian dua larutan bahan cat.
Bahan bahan yang dapat
dipakai sebagai pemantek antara lain ialah ammonium oksalat, fenol, asam tanat,
garam garam alumunium, besi, timah seng, tembagai, krom, dan lain lain.
D.
Pewarnaan sederhana
Mikroorganisme
yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur, dan sifat-sifat yang khas,
begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut di suspensikan. Salah satu
cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
adalah dengan metode pengecatan atau pewarnaan, hal tersebut juga berfungsi
untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel
bakteri melalui serangkain pengecetan. (Jimmo, 2008)
Pewarnaan
sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut
sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai
organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan
sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat
warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan
pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna
basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal
violet, dan karbol fuchsin selama 1-2 menit, zat warna aniline mudah diserap
oleh kuman yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis
pewarnaan, yaitu:
1.
Pewarnaan Asam Merupakan
pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk
melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan positif
adalah metilen biru dan air fuchsin.
2.
Pewarnaan Basa Pewarnaan
basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi
mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini
mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk
menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau
tinta cina.
Zat warna
yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna basa
bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromotor dan memiliki
muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan
zat warna mempunyai muatan negative zat warna basa lebih banyak digunakan
karena muatan negative banyak ditemukan didinding sel, membrane sel dan
sitoplasma sewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan
berkaitan dengan muatan negated dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas
terlihat (Dwidjoseputro. 1998).
Zat warna
asam yang bermuatan negative lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai mikroorganisme,
namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan.
Zat warna asa, yang bermuatan negative ini tidak berkaitan dengna muatan
negative yang terdapat pada struktur sel. Kadang kalanya zat warna negative
digunakan untuk mewarnai bagian sel yang
bermuatan positif, perlu diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna
terhadap struktur sel dapat berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu
proses pewarnaan (Dwidjoseputro, 1998).
E. Prinsip
pewarnaan
Adanya
ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari
pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik
baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini
maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
F. Pembuatan
sediaan
1. Bersihkan
kedua kaca benda dengan alcohol dan lewatkan pada api Bunsen yang menyala
2. Letakkan
di atas meja dan kerjakan dibelakang api Bunsen
3. Panaskan
jarum ose di atas api Bunsen (sterilisasi) sampai memijar berwarna merah lalu
diamkan sesaat
4. Buka
penutup tabung lalu fiksasi (Api bunsen) bagian ujung tabung reaksi yang berisi
bakteri
5. Celupkan
jarum ose tersebut kedalam bakteri lalu letakkan pada kaca objek sedikit demi
sedikit sesuai kebutuhan dan membentuk oval secara spiral
6. Fiksasi
lagi ujung tabung reaksi lalu tutup kembali.
7. Fiksasi
jarum ose yang telah digunakan di atas api bunsen sampai memijar
8. Diamkankan
spesimen hingga mengering
9. Lalu
lanjutkan ke proses pewarnaan.
G. Proses
Pewarnaan
Pada
pewarnaan sederhanya hanya digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan
kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazim prosedur pewarnaan ini
menggunakan zat warna basa seperti crystal violet, methylen blue, carbol
fuchsin basa, safranin, atau malachit green. Kadang kala digunakan zat warna negative
untuk pewarnaan sederhana: zat warna asam yang sering digunakan adalah nigrosin
dan merah kongo (Lay. 1994).
Beberapa
mikroba sulit dilakukan pewarnaan dengan zat warna yang bersifat basa tetapi
mudah dilihat dengan pewarnaan negative, pada metode ini miroba dicampur dengan
tinta cina atau nigrosin, kemudian digesekkan diatas kaca objek. Zat warna
tidak akan mewarnai bakteri, akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri.
Dengan mikroskop mikroba akan terlihat tidak berwarna dengan latar balekang hitam
(Lay. 1994)
Metode
pengecatan pertama kali ditemukan oleh seorang alhi bioteknologi dari Denmark
yang bernama Christian Gram pada tahun 1884. Menemukan metode pewarnaan secara
tidak sengaja. Dengan metode ini, bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu,
bakteri gram positif dan negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sidat
bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bekteri tersebut ditentukan
oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan
pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp
Proses pewarnaan:
1. Letakkan
objek glass pada rak preparat
2. Hapusan
yang telah di fiksasi ditetesi dengan crystal violet diamkan selama 5 menit
lalu bilas dengan air
3. Tetesi
lugol iodine diamkan selama 2 menit lalu bilas dengan air mengalir
4. Bilas dengan alcohol aseton atau alkoho 96%
diamkan selama 30 detik sampai zat warna hilang
5.
Tetesi
safranin diamkan selama 2 menit lalu bilas

6. Keringkan
lalu diamati
![]() |
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi, pewarnaan dan penggunaan warna penutup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini disebut bakteri tahan asam, dan ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies (dwidjoeseputro, 1994)
Pada
umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan
adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus
diperlukan untuk melihat bentuk kapsul atau pun flagella, dan hal-hal
terperinci tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas
ion positif dan ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan
Whleer, 1998).
BAB
3
Metode
Kerja
A. Waktu
dan Tempat
Rabu, 7 Februari 2018
Laboratorium STIKes Wiyata Husada
Samarinda
B. Alat
dan Bahan
1.
Biakan Bakteri
2.
Jarum Ose
3.
Objek gelas
4.
Tabung reaksi + Rak
5.
Api Bunsen
6.
Mikroskop
C. Reagen
1.
Crystal violet
2.
Lugol iodine
3.
Alkohol aseton atau alcohol 96%
4.
Safranin
D. Cara
Kerja
Pembuatan sedian:
1. Bersihkan
kedua kaca benda dengan alcohol dan lewatkan pada api Bunsen yang menyala
2. Letakkan
di atas meja dan kerjakan dibelakang api Bunsen
3. Panaskan
jarum ose di atas api Bunsen (sterilisasi) sampai memijar berwarna merah lalu
diamkan sesaat
4. Buka
penutup tabung lalu fiksasi (Api bunsen) bagian ujung tabung reaksi yang berisi
bakteri
5. Celupkan
jarum ose tersebut kedalam bakteri lalu letakkan pada kaca objek sedikit demi
sedikit sesuai kebutuhan dan membentuk oval secara spiral
6. Fisasi
lagi ujung tabung reaksi lalu tutup kembali.
7. Fiksasi
jarum ose yang telah digunakan di atas api bunsen sampai memijar
8. Diamkankan
spesimen hingga mongering
9. Lalu
lanjutkan ke proses pewarnaan.
Proses pewarnaan:
1. Letakkan
objek glass pada rak preparat
2. Hapusan
yang telah di fiksasi ditetesi dengan crystal violet diamkan selama 5 menit
lalu bilas dengan air
3. Tetesi
lugol iodine diamkan selama 2 menit lalu bilas dengan air mengalir
4. Bilas dengan alcohol aseton atau alkoho 96%
diamkan selama 30 detik sampai zat warna hilang
5. Tetesi
safranin diamkan selama 2 menit lalu bilas
6. Keringkan
lalu diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 x 10
E. Interpretasi
Hasil
(+) Positif :
Ungu / Biru
(-) Negatif :
Merah
BAB
4
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil
Pemeriksaan
![]() |
|||
![]() |
|||
Didapatkan hasil praktikum pada pemeriksaan bakteri Klebsiella pneumonia pada pewarnaan sederhana yaitu positif (+) karena didapatkan bakteri berbentuk basil dan berwarna ungu.
![]() |

B. Pembahasan
Pada
praktikum kali ini yaitu pemeriksaan bakteri dengan pewarnaan sederhana dengan
metode apusan yang berprinsip adanya ikatan ion antara komponen seluler dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan
ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada
pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan
pewarna basa.
Didapatkan
hasil praktikum pada pemeriksaan bakteri Klebsiella pneumonia pada pewarnaan
sederhana yaitu positif (+) karena didapatkan bakteri berbentuk basil dan
berwarna ungu.
Pewarnaan sederhana merupakan
teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya
menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan
bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena
sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang
digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan
sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarnaan
bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas
ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam
bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik
dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan
kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri
dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana,
pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri
atau jasad - jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu
pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan
pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara
sel-sel mikroba atau bagian - bagian sel mikroba disebut teknik
pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).
Pada
proses pewarnaan dengan crystal violet, pada saat itu semua kuman atau bakteri
mikroorganisme berwarna ungu karena zat warna diserap oleh dinding sel. Pada
pemberian lugol iodine maka semua kuman akan berwarna ungu gelap atau pulple.
Ketika dilakukan pembilasan dengan alcohol aseton, kuman akan terbagi menjadi
dua yaitu kuman tetap berwarna ungu dan kuman yang tidak berwarna karena zat
warna dilarutkan alcohol dan keluar dari dinding sel. Dan pada saat pemberian
safranin yang merupakan pewarna kontras, kuman yang tidak berwarna tadi akan
berwarna jadi merah. Hasilnya yaitu jika gram (+) positif akan berwarna ungu
atau biru, sedangkan gram (-) negative akan bewarna merah.
Bakteri
merupakan organism prokarioti. Umumnya ukuran bakteri sangat kecil, bentuk
tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan
pembersaran 1000x atau lebih (Waluyo. 2004). Sel bakteri memiliki panjang yang
beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100x lebih panjang daripada sel
spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk dengan antara 0,1 sampai 0,3 um.
Bentuk bakkteri bermacam macam yaitu elips, bulat, batang , dan spiral. Bakteri
lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar
mudah diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk susunan dan
keadaan struktur internal dan butiran. Sel sel individu bakteri dapat berbentuk
seperti bola atau elips, batang (silindris) atau spiral (heliks)(Pelczar
&Chan 2007).
Zat
warna adalah senyawa kimia berupa garam garam yang salah satu ionnya berwarna.
Garam terdiri dari ion bermuatan positif dari ion bermuatan negative. Senyawa
senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri bekteri karena reaksinya
dengan sel bakteri akan memberikan warna berbeda. Perbadaan inilah yang
digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Sel sel warna dapat dibagi menjadi
dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari
zat warna maka disebut zat warna basa jika warna terdapat pada ion negative
maka disebut sebagai zat warna asam.
BAB
5
Penutup
A. Kesimpulan
Dari percobaan
pewarnaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan:
1. Pewarnaan
bakteri dipengaruhi factor – factor antara lain, fiksasi, pelunturan warna,
substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
2. Perbedaan
pada garam negative dan gram positif terletak pada warnanya Kristal violet
serta perbedaan terjadi pada dinding selnya.
3. Macam
– macam pewarna antara lain: pewarnaan sederhana, pewarnaan differensil,
pewarnaan spora dan pewarnaan kapsul
4. Larutan
zat warna yang digunakan pada percobaan pewarnaan antara lain: alcohol, carbol
fucshin, crystal violet, nigrosin, malachyt green, lugol iodine dan safranin.
B. Saran
Sebaiknya menggunakan
APD dengan lengkap karena saat pengerjaan berkontak langsung dengan biakan
bakteri, agar tidak terjadi kontaminasi serta kecelakaan kerja. Setelah
mempelajari tentang pewarnaan sederhana ini sekiranya kita dapat memanfaatkan
memahami semaksimal mungkin materi ini.
Daftar
Pustaka
Adelberg,
Melnick, & Jawetz. 2002. Mikrobiologi
Kedokteran Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Irianto,
Koes. 2014. Bakteriologi Medis, Mikologi
Medis, dan Virologi Medis (Medical Bacteriology, Medical Micology, and Medical
Virologi). Bandung. Alfabeta, cv. IKAPI.
Arrachman,
Khairunnisa. 2016. Jurnal Mikrobiologi
Pewarnaan. Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Ramdan,
Imam. 2011. Jurnal Pewarnaan Bakteri.
Bandung. Politeknik Tedc Bandung. Teknik Kimia.
No comments:
Post a Comment