Follow Me @deeres_

Friday, August 2, 2019

Makalah Pewarnaan Sederhana II Mikrobiologi


Kata Pengantar
Puji syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa nikmat dan kesehatan, iman dan ilmu pengetahuan. Ringkasan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas mahasiswa dalam pemahaman tentang proses dari “Pewarnaan Sederhana Bakteriologi”. Kami  sepenuhnyamenyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam menyusun makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu atas ide dan sarannya, serta menilai dan memeriksa makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini mendapatkan keridhaan dari Allah SWT dan dapat memberikan manfaat bagi kami dan kepada semua pembaca.

Samarinda, 22 Februari 2018

Penulis








Daftar Isi
Kata pengantar............................................................................................... 1
Daftar Isi........................................................................................................ 2
BAB 1: Pendahuluan
A.    Latar Belakang......................................................................................... 3
B.     Tujuan...................................................................................................... 4
BAB 2: Pembahasan
A.    Pengertian................................................................................................ 5
B.     Bentuk Bakteri......................................................................................... 5
C.     Pengecatan Bakteri.................................................................................. 6
D.    Pewarnaan Sederhana.............................................................................. 7
E.     Prinsip Pewarnaan.................................................................................... 9
F.      Pembuatan Slide...................................................................................... 9
G.    Proses Pewarnaan.................................................................................... 10
BAB 3: Metode Kerja
A.    Waktu dan Tempat.................................................................................. 13
B.     Alat dan Bahan........................................................................................ 13
C.     Reagen..................................................................................................... 13
D.    Cara Kerja................................................................................................ 13
E.     Interpretasi Hasil...................................................................................... 14
BAB 4: Hasil dan Pembahasan
A.    Hasil Pemeriksaan.................................................................................... 15
B.     Pembahasan............................................................................................. 15
BAB 5: Penutup
A.    Kesimpulan.............................................................................................. 18
B.     Saran........................................................................................................ 18
Daftar Pustaka............................................................................................... 19




BAB 1
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di  alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat – sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel – sel bkteri tersebut di suspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk di identifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan  inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar belakangnya. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme disekelilingnya di tingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula fosfat. Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnan khusus. Sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memillahkan bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negative. Pewarnaan diferensial lainnya ialah pewarnaan Ziehl Neelsen yang memilihkan bakterinya menjadi kelompok -kelompok tahan asam dan tidak tahan asam (Dwidjoseputro. 1998).
Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali microalgae harus dilakukan pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas (Hadiutomo. 1990). Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2004). Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat di ketahui (Hadiutomo, 1990).
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun  1884. Dengan metode ini, bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa di lakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp. (Waluyo, 2004).
Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai ( umur biakan yang baik adalah 24 jam ). Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam garam yang dibangun oleh ion ion yang bermuatan positif atau negative dimana salah satu tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi 2, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung wrna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negative maka zat warna tersebut disebut pewarna negatf (Hadiutomo. 1990).

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pewarnaan sederhana
2.      Untuk mengetahui prinsip pewarnaan sederhana
3.      Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan sediaan   
4.      Untuk mengetahui teknik pewarnaan sederhana
5.      Untuk mengetahui bagaimana cara pembacaan hasil pewarnaan sederhana





BAB 2
Pembahasan
A.    Pengertian
Bakteri adalah makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Untuk menyelidiki ukuran dalam pemeriksaan mirobiologis biasanya digunakan satuan micron seperti misalnya pada pengukuran virus. Bakteri yang biasa diteliti di laboratorium kebanyakan berukuran antara 0,5 – 2 um lebarnya dan 1-5 um panjangnya. Dahulu pengukuran ini dilakukan dengan jalan membandingkan ukuran butir darah merah, yang pada waktu itu sudah diketahui besarnya. Sedangkan pengukuran yang lebih tepat dilakukan dengan alat micrometer ini dibandingkan dengan micrometer yang diletakkan pada kaca objek (stage micrometer). Disamping itu bidang penglihatannya dapat di taksir dari pembesaran yang dipero;leh dari mikroskop yang digunakan.
Lensa objektif
Pembesaran
Diameter bidang penglihatan
Objektf 16 mm (2/3 in)
100
2,10 mm
Objektif 4 mm (1/6 in)
440
0,40 mm
Objektif rendam minyak 1,8 mm (1/12 in)
950
0,20 mm

B.     Bentuk bakteri
Bentuk bakteri bermacam-macam yaitu sebagai berikut:
1.      Bakteri bentuk bulat (bola)
Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan kokus (coc-cus); dapat dibedakan atas:
a.       Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal misalnya Neisseria gonorrheae, penyabab penyakit kencing nanah.
b.      Diplokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang bergandengan dua dua, misalnya Diplococcus pneumonia, penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru
c.       Sarkina, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoelompok empat empat sehingga berbentuk seperti kubus.
d.      Streptokokus, yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok memanjang membentuk rantai.
e.       Stafilokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk sekelompok sel yang tidak teratur, sehingga bentuknya mirip buah anggur.
2.      Bakteri bentuk batang
Bakteri berbentuk bantang diamakan basillus (“basillus” yang berarti batang), bentuk basillus dapat pula dibedakan atas:
a.       Basil tunggal, yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu sel batang tunggal misalnya Salmonella typhi. Penyebab penyakit tifus.
b.      Diplobasil, yaitu bakteri yang berbentuk batang bergandengan dua dua.
c.       Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang membentuk rantai, misalnya bacillus anthracis penyebab penyakit antraks.
3.      Bakteri berbentuk melililit
Bakteri berbentuk melilit yang biasa dinamakan spirillum atau spiral. Ada tiga macam bentuk spiral, yaitu:
a.       Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral, misalnya spirillum. Sel tubuhnya umumnya kaku.
b.      Vibrio atau bentuk koma yang dianggap sebagai bentik spiral tak sempurna, misalnya vibrio cholera penyebab penyakit kolera.
c.       Spirochaeta (baca: spiroseta), yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur. Pada saat bergerak, tubuhnya dapat memanjang dan mengkerut.

C.     Pengecatan bakteri
Bakteri merupakan organisme yang sangat kecil berukuran micron. Itu berarti pula pada jasad renik ini tipis sekali sehingga tembus cahaya. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat bagian bagianya. Utnuk melihat bakteri dengan jelas tubuhnya perlu diisi dengan zat warna, pewarnaan ini dsebut pengecatan tubuh bakteri. Pengecatan bakteri sudah dilakukan sejak permulaan berkembangnya mikrobiologi di pertengahan abad ke 19 oleh Louis pasteus dan Robert Kock. Pada umumnya, ada 2 macam zat warna (bahan cat) yang sering digunakan yaitu sebagai berikut:
1.      Zat warna yang bersifat asam; komponen warnanya adalah anion biasanya dalam bentuk garam natrium.
2.      Zat warna yang bersifat alkalis; dengan komponen warna kation, biasanya dalam bentuk klorida.
Setelah dilakukan pengecatan, dalam tubuh bakteri akan terjadi proses pertukaran ion ion zat warna dengan ion ion protoplasma (misalnya asam nukleat) bakteri. Pada umumnya larutan larutan zat warna yang digunakan adalah larutan encer, jarang lebih dari 1%. Larutan encer yang dibiarkan dengan waktu yang singkat. Untuk mendapatkan hasil pengecatan yang lebih baik, tidak jarang diperlukan bahan penolong, yang biasanya disebut pemantek (montant). Pemantek ini dapat diartikan sebagai suatu zat yang sanggup bergabung dengan komponen zat warna tertentu, sehingga terbentuk senyawa yang tidak dapat larut dan melekat pada tubuh bkteri. Pemantek dapat diberikan dalam berbagai keadaan yaitu sebagai berikut:
1.      Sebelum penambahan bahan cat
2.      Dimasukkan ke dalam larutan bahan cat, dan
3.      Diberikan antara pemakaian dua larutan bahan cat.
Bahan bahan yang dapat dipakai sebagai pemantek antara lain ialah ammonium oksalat, fenol, asam tanat, garam garam alumunium, besi, timah seng, tembagai, krom, dan lain lain.
D.    Pewarnaan sederhana
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur, dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut di suspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi adalah dengan metode pengecatan atau pewarnaan, hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkain pengecetan. (Jimmo, 2008)
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuchsin selama 1-2 menit, zat warna aniline mudah diserap oleh kuman yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan, yaitu:
1.      Pewarnaan Asam Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah metilen biru dan air fuchsin.
2.      Pewarnaan Basa Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.
Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromotor dan memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna mempunyai muatan negative zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negative banyak ditemukan didinding sel, membrane sel dan sitoplasma sewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan berkaitan dengan muatan negated dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas terlihat (Dwidjoseputro. 1998).
Zat warna asam yang bermuatan negative lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan. Zat warna asa, yang bermuatan negative ini tidak berkaitan dengna muatan negative yang terdapat pada struktur sel. Kadang kalanya zat warna negative digunakan  untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif, perlu diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan (Dwidjoseputro, 1998).

E.     Prinsip pewarnaan
Adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.

F.      Pembuatan sediaan
1.      Bersihkan kedua kaca benda dengan alcohol dan lewatkan pada api Bunsen yang menyala
2.      Letakkan di atas meja dan kerjakan dibelakang api Bunsen
3.      Panaskan jarum ose di atas api Bunsen (sterilisasi) sampai memijar berwarna merah lalu diamkan sesaat
4.      Buka penutup tabung lalu fiksasi (Api bunsen) bagian ujung tabung reaksi yang berisi bakteri
5.      Celupkan jarum ose tersebut kedalam bakteri lalu letakkan pada kaca objek sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan dan membentuk oval secara spiral
6.      Fiksasi lagi ujung tabung reaksi lalu tutup kembali.
7.      Fiksasi jarum ose yang telah digunakan di atas api bunsen sampai memijar
8.      Diamkankan spesimen hingga mengering
9.      Lalu lanjutkan ke proses pewarnaan.

G.    Proses Pewarnaan
Pada pewarnaan sederhanya hanya digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazim prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti crystal violet, methylen blue, carbol fuchsin basa, safranin, atau malachit green. Kadang kala digunakan zat warna negative untuk pewarnaan sederhana: zat warna asam yang sering digunakan adalah nigrosin dan merah kongo (Lay. 1994).
Beberapa mikroba sulit dilakukan pewarnaan dengan zat warna yang bersifat basa tetapi mudah dilihat dengan pewarnaan negative, pada metode ini miroba dicampur dengan tinta cina atau nigrosin, kemudian digesekkan diatas kaca objek. Zat warna tidak akan mewarnai bakteri, akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri. Dengan mikroskop mikroba akan terlihat tidak berwarna dengan latar balekang hitam (Lay. 1994)
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh seorang alhi bioteknologi dari Denmark yang bernama Christian Gram pada tahun 1884. Menemukan metode pewarnaan secara tidak sengaja. Dengan metode ini, bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu, bakteri gram positif dan negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sidat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bekteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp


Proses pewarnaan:
1.      Letakkan objek glass pada rak preparat
2.      Hapusan yang telah di fiksasi ditetesi dengan crystal violet diamkan selama 5 menit lalu bilas dengan air
3.      Tetesi lugol iodine diamkan selama 2 menit lalu bilas dengan air mengalir
4.       Bilas dengan alcohol aseton atau alkoho 96% diamkan selama 30 detik sampai zat warna hilang
5.      Tetesi safranin diamkan selama 2 menit lalu bilas
6.      Keringkan lalu diamati


Text Box: Gambar 1.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi, pewarnaan dan penggunaan warna penutup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini disebut bakteri tahan asam, dan ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies (dwidjoeseputro, 1994)

Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus diperlukan untuk melihat bentuk kapsul atau pun flagella, dan hal-hal terperinci tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan Whleer, 1998).



















BAB 3
Metode Kerja
A.    Waktu dan Tempat
Rabu, 7 Februari 2018
Laboratorium STIKes Wiyata Husada Samarinda

B.     Alat dan Bahan
1.      Biakan Bakteri
2.      Jarum Ose
3.      Objek gelas
4.      Tabung reaksi + Rak
5.      Api Bunsen
6.      Mikroskop

C.     Reagen
1.      Crystal violet
2.      Lugol iodine
3.      Alkohol aseton atau alcohol 96%
4.      Safranin

D.    Cara Kerja
Pembuatan sedian:
1.      Bersihkan kedua kaca benda dengan alcohol dan lewatkan pada api Bunsen yang menyala
2.      Letakkan di atas meja dan kerjakan dibelakang api Bunsen
3.      Panaskan jarum ose di atas api Bunsen (sterilisasi) sampai memijar berwarna merah lalu diamkan sesaat
4.      Buka penutup tabung lalu fiksasi (Api bunsen) bagian ujung tabung reaksi yang berisi bakteri
5.      Celupkan jarum ose tersebut kedalam bakteri lalu letakkan pada kaca objek sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan dan membentuk oval secara spiral
6.      Fisasi lagi ujung tabung reaksi lalu tutup kembali.
7.      Fiksasi jarum ose yang telah digunakan di atas api bunsen sampai memijar
8.      Diamkankan spesimen hingga mongering
9.      Lalu lanjutkan ke proses pewarnaan.

Proses pewarnaan:
1.      Letakkan objek glass pada rak preparat
2.      Hapusan yang telah di fiksasi ditetesi dengan crystal violet diamkan selama 5 menit lalu bilas dengan air
3.      Tetesi lugol iodine diamkan selama 2 menit lalu bilas dengan air mengalir
4.       Bilas dengan alcohol aseton atau alkoho 96% diamkan selama 30 detik sampai zat warna hilang
5.      Tetesi safranin diamkan selama 2 menit lalu bilas
6.      Keringkan lalu diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 x 10

E.     Interpretasi Hasil
(+) Positif              : Ungu / Biru
(-)  Negatif                        : Merah










BAB 4
Hasil dan Pembahasan
A.    Hasil Pemeriksaan
SS2155428.jpg

Didapatkan hasil praktikum pada pemeriksaan bakteri Klebsiella pneumonia pada pewarnaan sederhana yaitu positif (+) karena didapatkan bakteri berbentuk basil dan berwarna ungu.
Text Box: Gambar 1.2

Text Box: Gambar 1.3
B.     Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu pemeriksaan bakteri dengan pewarnaan sederhana dengan metode apusan yang berprinsip adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Didapatkan hasil praktikum pada pemeriksaan bakteri Klebsiella pneumonia pada pewarnaan sederhana yaitu positif (+) karena didapatkan bakteri berbentuk basil dan berwarna ungu.
 Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad - jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian - bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).
Pada proses pewarnaan dengan crystal violet, pada saat itu semua kuman atau bakteri mikroorganisme berwarna ungu karena zat warna diserap oleh dinding sel. Pada pemberian lugol iodine maka semua kuman akan berwarna ungu gelap atau pulple. Ketika dilakukan pembilasan dengan alcohol aseton, kuman akan terbagi menjadi dua yaitu kuman tetap berwarna ungu dan kuman yang tidak berwarna karena zat warna dilarutkan alcohol dan keluar dari dinding sel. Dan pada saat pemberian safranin yang merupakan pewarna kontras, kuman yang tidak berwarna tadi akan berwarna jadi merah. Hasilnya yaitu jika gram (+) positif akan berwarna ungu atau biru, sedangkan gram (-) negative akan bewarna merah.
Bakteri merupakan organism prokarioti. Umumnya ukuran bakteri sangat kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembersaran 1000x atau lebih (Waluyo. 2004). Sel bakteri memiliki panjang yang beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100x lebih panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk dengan antara 0,1 sampai 0,3 um. Bentuk bakkteri bermacam macam yaitu elips, bulat, batang , dan spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk susunan dan keadaan struktur internal dan butiran. Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola atau elips, batang (silindris) atau spiral (heliks)(Pelczar &Chan 2007).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dari ion bermuatan negative. Senyawa senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri bekteri karena reaksinya dengan sel bakteri akan memberikan warna berbeda. Perbadaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Sel sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna maka disebut zat warna basa jika warna terdapat pada ion negative maka disebut sebagai zat warna asam.




















BAB 5
Penutup
A.    Kesimpulan
Dari percobaan pewarnaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan:
1.      Pewarnaan bakteri dipengaruhi factor – factor antara lain, fiksasi, pelunturan warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
2.      Perbedaan pada garam negative dan gram positif terletak pada warnanya Kristal violet serta perbedaan terjadi pada dinding selnya.
3.      Macam – macam pewarna antara lain: pewarnaan sederhana, pewarnaan differensil, pewarnaan spora dan pewarnaan kapsul
4.      Larutan zat warna yang digunakan pada percobaan pewarnaan antara lain: alcohol, carbol fucshin, crystal violet, nigrosin, malachyt green, lugol iodine dan safranin.

B.     Saran
Sebaiknya menggunakan APD dengan lengkap karena saat pengerjaan berkontak langsung dengan biakan bakteri, agar tidak terjadi kontaminasi serta kecelakaan kerja. Setelah mempelajari tentang pewarnaan sederhana ini sekiranya kita dapat memanfaatkan memahami semaksimal mungkin materi ini.










Daftar Pustaka
Adelberg, Melnick, & Jawetz. 2002. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Irianto, Koes. 2014. Bakteriologi Medis, Mikologi Medis, dan Virologi Medis (Medical Bacteriology, Medical Micology, and Medical Virologi). Bandung. Alfabeta, cv. IKAPI.
Arrachman, Khairunnisa. 2016. Jurnal Mikrobiologi Pewarnaan. Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Ramdan, Imam. 2011. Jurnal Pewarnaan Bakteri. Bandung. Politeknik Tedc Bandung. Teknik Kimia.


No comments:

Post a Comment